Kategori : Kisah Inspiratif
Tingkat :
Durasi Baca : 3 Menit - 5 Menit
Pada suatu hari, seorang yang bijaksana berjalan melintasi sebuah desa kecil..
Desa itu tampak miskin. Tampak dari sawah-sawah sekitarnya yang sudah tidak menghasilkan apa-apa lagi. Ya, memang telah terjadi perang di negeri itu – dan sebagai rakyat jelata – merekalah yang kena dampaknya. Macetnya distribusi pupuk, bibit, dan kesulitan-kesulitan lain membuat sawah mereka tidak mampu menghasilkan apa-apa lagi. Cuma beberapa puluh orang yang masih setia tinggal di desa itu.
Beberapa orang mendekati orang bijaksana itu. Orang-orang desa memelas dan meminta sedekah, roti, beras, atau apapun yang bisa dimakan.
Orang bijaksana itu lalu bertanya kepada penduduk desa itu, “Apakah kalian tidak punya apa-apa?”
“Kami tidak memiliki apapun untuk dimakan, hanya batu-batu berserakan itu yang kita miliki.” jawab salah satu penduduk desa.
“Maukah kalian kuajari untuk membuat sup dari batu-batu itu ?” Tanya orang bijaksana itu.
Dengan setengah tidak percaya, penduduk itu menjawab, “Mau..”
Orang bijaksana itu menjelaskan, “Pertama-tama, cukup ambil satu batu besar itu, lalu cucilah hingga bersih..” perintah orang bijaksana sambil menunjuk sebuah batu.
Sesudah batu itu dicuci dengan bersih hingga tanpa ada pasir sedikitpun di permukaannya. Orang bijaksana itu lalu menyuruh penduduk untuk menyiapkan panci yang paling besar dan menyuruh panci itu untuk diisi dengan air. Kemudian batu bersih itupun lalu dimasukkan ke dalam panci – dan sesuai dengan petunjuk orang bijaksana itu – batu itupun mulai direbus.
“Ada dari kalian tahu bumbu masak ? Batu itu tidak akan enak rasanya jika dimasak tanpa bumbu.” tanya orang bijaksana.
“Aku tahu..” seru seorang ibu, kemudian ia mengambil sebagian persediaan bumbu dapurnya, kemudian meraciknya, dan memasukkannya kedalam panci besar itu.
“Adakah dari kalian yang memiliki bahan-bahan sup yang lain?” Tanya orang bijaksana itu. “Sup ini akan lebih enak jika kalian menambahkan beberapa bahan lain, jangan cuma batu saja.”
Beberapa penduduk mulai mencari bahan-bahan makanan lain di sekitar desa. Beberapa waktu kemudian dua orang datang dengan membawa sekantung kentang. “Kami menemukannya di dekat kali, ternyata ada banyak sekali kentang liar tumbuh disana.” katanya. Kemudian orang itu mengupas, mencuci, dan memotong-motong kentang-kentang itu dan memasukkannya ke dalam panci.
Kurang dari satu menit, seorang ibu datang dengan membawa buncis dan sawi. “Ini dari kebun di halaman belakang rumahku.” Kata ibu itu, lalu ibu itu meraciknya dan memasukkannya ke dalam panci.
Sesaat, datang pula seorang bapak dengan seekor kelinci di tangannya. “Aku berhasil memburu seekor kelinci, kalau ada waktu banyak, mungkin aku bisa membawa lebih lagi, soalnya aku baru saja menemukan kawanan kelinci di balik bukit itu.” Dengan bantuan beberapa orang, kelinci itu pun disembelih dan diolah kemudian dimasukkan ke dalam panci.
Merasa telah melihat beberapa orang berhasil menyumbang sesuatu. Penduduk-penduduk yang lain tidak mau kalah, mereka pun mulai mencari-cari sesuatu yang dapat dimasukkan ke dalam panci sebagai pelengkap sup batu.
Kurang dari satu jam, beberapa penduduk mulai membawa kol, buncis, jagung, dan bermacam-macam sayuran lain. Tak hanya itu, anak-anak juga membawa bermacam-macam buah dari hutan. Mereka berpikir akan enak sekali jika buah-buah itu bisa dijadikan pencuci mulut sesudah sup disantap. Ada pula seorang bapak yang membawa susu dari kambing, dan ada pula yang membawa madu dari lebah liar yang bersarang di beberapa pohon di desa itu.
Beberapa jam kemudian sup batu itu telah matang. Panci yang sangat besar itu sekarang telah penuh dengan berbagai sayuran dan siap disantap. Dengan suka cita, penduduk itu makan bersama dengan lahapnya. Sehingga mereka mereka lupa ‘memakan’ batu yang terletak di dasar panci.
Orang bijaksana itu hanya tersenyum melihat tingkah para penduduk itu. Dan ia pun sadar, sekarang waktunya untuk meneruskan perjalanan. Ia mohon diri untuk meninggalkan desa itu. Sebelum beranjak pergi, seorang bapak menyalami orang bijaksana itu sambil berkata, “Terima kasih telah mengajari kami untuk membuat sup dari batu..”
Sumber : Berbagai Sumber
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Kisah Inspiratif: Sayur Sup Dari Batu"
Post a Comment
Terima Kasih atas Kunjungan Anda. Mohon tinggalkan Kritik dan Saran Anda